Tuesday, May 31, 2011



(anak-anak lah pembakar semangat untuk meneruskan perjuangan hidup ini)

Sabar boleh dibahagikan kepada 4 bahagian utama. Bahagian-bahagian tersebut ialah :

1) Kesabaran untuk membuat ketaatan
2) Kesabaran dalam menahan diri dari kemaksiatan
3) Kesabaran atas perkara-perkara yang dibenci
4) Kesabaran atas nafsu dan syahawat

Beliau juga, dalam salah satu majlis, telah menerangkan bahawa sesungguhnya mereka yang menerima ujian pada zaman ini terbahagi kepada tiga golongan :

1) Golongan yang redha dan bertenang menghadapi ujian. Ganjaran untuk mereka adalah diangkat darjat mereka.

2) Golongan yang gelisah menghadapi ujian tetapi tidak membantahnya. Ganjaran untuk mereka pula adalah dihapuskan dosa.

3) Golongan yang gelisah dan membantah pula ujian yang dihadapi. Mereka akan mendapat kemurkaan dan balasan yang buruk.


Berbalik kepada bahagian-bahagian kesabaran tadi, cuba kita lihat satu persatu. Kesabaran dalam melakukan ketaatan boleh kita lihat dalam mendidik jiwa untuk rajin dan tabah mengerjakan amal ibadat. Solat yang fardhu dan sunnah, sedekah yang fardhu dan sunnah, begitu juga puasa, haji, wirid harian, dan lain-lain amalan ketaatan kepada Allah baik yang khas mahupun yang am, memerlukan kesabaran dalam diri untuk melakukannya.

Namun begitu, bagi mereka yang telah sampai ke maqam Al-'Arif, segala ibadat tidak dirasakan melainkan perasaan yang lazat dan ketenangan. Al-Imam Al-Haddad ada menyebut: Sesiapa yang melazimi sifat sabar, akan sampai ke maqam Al-Qurb (hampir dgn Allah), dan di sana dia akan mendapati pada amal ibadatnya, kemanisan, kelazatan dan ketenangan yang tidak tergambar.

Betapa indahnya jika kita dapat merasai kemanisan begitu. Namun syaratnya seperti yang telah disebutkan oleh Al-Imam Al-Haddad adalah melazimi kesabaran. Pertamanya, sabar dalam istiqamah melakukan perkara yang wajib. Kemudian istiqamah dalam meningkatkan pula kualiti amalan kita itu dari sudut khusyuk dan sempurnanya. Seiringan itu kesabaran dalam beristiqamah melakukan perkara-perkara yang sunnah.

Bukankah di dalam hadis qudsi ada disebutkan bahawa tidak mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah dengan mengerjakan amalan sunnah, melainkan Allah akan menjadi Penunjuk kepada setiap langkah, perbuatan, pendegaran, penglihatan dan percakapannya. Apabila telah dekat diri kita dengan Allah, maka tentu sekali segala amalan tersebut menjadi kemanisan buat kita.

Cuba kita lihat. Apa jua yang ingin kita lakukan pada mulanya menuntut kesabaran. Si anak kecil, ketika mula-mula belajar makan, betapa sukar untuk memasukkan makanan ke dalam mulut. Selalu saja terbabas dari destinasi. Kadang terbabas ke dagu, kadang terbabas ke pipi, kadang ke hidung dan kadang sampai ke telinga. Namun berkat kesabaranlah kita semua mampu untuk makan dengan sempurna hari ini.

Begitu jua dengan amalan kita. Ambil contoh bacaan wirid selepas solat, ma'tsurat atau ratib-ratib yang ada. Kita perlukan kesabaran untuk terus membacanya dengan istiqamah. Berkat kesabaran kita, insyaAllah satu hari tanpa kita membacanya kita akan rasa kekosongan dan tidak sempurna hidup. Seperti sesorang yang berpisah dengan kekasih lagaknya. Nah, itu merupakan satu tanda kita telah mula menikmati kelazatan ibadat tersebut.

Ya Allah kurniakan kami kesabaran dalam mengerjakan amal ibadat mentaati-Mu! Amiin..

kena update blog.....!kt ipgkpm


pejam celik, pejam celik....dh last semmester aku ngaji kt melaka nii....
byk pengalaman dan ilmu yg dipelajari di sini....mcm2 adaaaa......

Wednesday, April 27, 2011

SYAFAAT RASULULLAH SAW


perkongsian ilmiah

( Azimah dan Syafaati )
Dari Abu Hurairah r.a beliau menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi was sallam bersabda, “Setiap Nabi alaihis salam memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi telah menggunakan doa tersebut. Dan aku menyimpannya sebagai syafa’at bagi ummatku, kelak di hari kiamat. Maka, syafa’at tersebut Insya Allah akan didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala dengan suatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syafaat berasal dari kata asy-syafa’ (ganda) yang merupakan lawan kata dari Al-witru (tunggal), yaitu menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi ganda, seperti membagi satu menjadi dua, tiga menjadi empat, dan sebagainya. Ini pengertian secara bahasa.

Sedangkan secara istilah, syafaat berarti menjadi penengah bagi orang lain dengan memberikan manfaat kepadanya atau menolak mudharat, yakni pemberi syafaat itu memberikan manfaat kepada orang itu atau menolak mudharatnya.

Syafaat terdiri dari dua macam :

Pertama , Syafaat yang didasarkan pada dalil yang kuat dan shahih, yaitu yang ditegaskan Allah Swt dalam Kitab-Nya , atau dijelaskan Rasulullah. Syafaat tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang bertauhid dan ikhlas; karena Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan,’Laa ilaaha illallah’ dengan ikhlas dalam hatinya.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhori, kitab Al-Ilm, bab “Al-Hirsh ‘ala Al-Hadits.”

Syafaat mempunyai tiga syarat:

  1. Allah meridhai orang yang memberi syafaat.
  2. Allah meridhai orang yang diberi syafaat.
  3. Allah mengizinkan pemberi syafaat untuk memberi syafaat.

Syarat-syarat di atas secara global dijelaskan Allah dalam firman-Nya, “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (An- Najm:26)

Kemudian firman Allah Ta’ala , : “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (Al- Baqarah:255)

Lalu firman Allah Ta’ala , : “Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.”(Thahaa: 109)

Kemudian firman Allah Ta’ala , : “Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada- Nya.” (Al-Anbiya: 28)

Agar syafaat seseorang diterima, maka harus memenuhi ketiga syarat di atas. Menurut penjelasan para ulama, syafaat yang diterima, dibagi menjadi dua macam:

1. Syafaat umum. Makna umum, Allah mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang shalih untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan untuk diberi syafaat. Syaaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad saw, nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para syuhada, dan orangorang shalih. Mereka memberikan syafaat kepada penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman yang berbuat maksiat agar mereka keluar dari neraka.

2. Syafaat khusus, yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad saw dan merupakan syafaat terbesar yang terjadi pada hari Kiamat. Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orangorang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi saw, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya : “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Israa’:79)

Di antara syafaat khusus yang diberikan kepada Rasulullah Saw ada l ah syafaatnya kepada penghuni syurga agar mereka segera masuk surga, karena penghuni surga ketika melewati jembatan, mereka diberhentikan di tengah jembatan yang ada di antara surga dan neraka. Hati sebagian mereka bertanya-tanya kepada sebagian lain, hingga akhirnya mereka bersih dari dosa. Kemudian mereka baru diizinkan masuk surga. Pintu surga itu bisa terbuka karena syafaat Nabi saw.

Kedua, Syafaat batil yang tidak berguna bagi pemiliknya, yaitu anggapan orang-orang musyrik bahwa tuhan-tuhan mereka dapat memintakan syafaat kepada Allah.

Syafaat semacam ini tidak bermanfaat bagi mereka seperti yang difirmankan-Nya, “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (Al-Mudatstsir : 48)

Demikian itu karena Allah tidak rela kepada kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik itu dan tidak mungkin Allah memberi izin kepada para pemberi syafaat itu, untuk memberikan syafaat kepada mereka; karena tidak ada syafaat kecuali bagi orang yang diridhai Allah. Allah tidak meridhai hamba-hamba-Nya yang kafir dan Allah tidak senang kepada kerusakan.

Ketergantungan orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan mereka dengan menyembahnya dan mengatakan, “Mereka adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah”, (Yunus: 18), adalah ketergantungan batil yang tidak bermanfaat. Bahkan demikian itu tidak menambah mereka kecuali semakin jauh, karena orang-orang musyrik itu meminta syafaat kepada berhala-berhala itu dengan cara yang batil, yaitu menyembahnya. Itulah kebodohan mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah, tetapi sebenarnya tidak lain hanya menjadikan mereka semakin jauh.

Sumber : Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji





Wednesday, April 20, 2011

susah gak nak ajar org!!

rupanya klau bukan pakar tuuu.....jgn dok tunjuk pandai....tp ingat nk tolg kawan...!!

Wednesday, February 2, 2011

muhasabah diri



Rasulullah SAW bersabda bermaksud:

“Dan janganlah kamu banyak ketawa kerana banyak ketawa itu

mematikan hati.” (Riwayat Ahmad dan at-Tirmizi). Saidina Umar

al-Khattab pernah berkata, seseorang yang banyak ketawa

nescaya akan kurang rasa takutnya kepada Allah. Apabila rasa

takutnya berkurangan, maka akan kuranglah taatnya kepada

Allah.

Sama-samalah kita bermuhasabah bersama.

Wednesday, January 5, 2011

MENGGAPAI CINTA ALLAH

HATI MERUPAKAN RADAR AJAIB? SEJAK BILA HATI MENJADI RADAR??

Pernahkah anda rasa berdebar-debar, gelisah, tidak tenteram, tidak sedap hati dan sebagainya? Semua fenomena itu sebenarnya adalah isyarat yang dipancarkan oleh hati seseorang bahawa ada sesuatu yang menjadi ancaman kepada diri manusia dan ianya dapat dikesan oleh hati.

Sabda Rasullulah s.a.w: 'Sesungguhnya di dalam diri manusia itu ada seketul daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh anggota badannya. Tetapi seandainya daging itu rosak dan kotor, maka kotor dan rosaklah seluruh anggota badannya. Dan daging yang dimaksudkan adalah hati.'

Hati adalah ibarat raja bagi tubuh badan manusia. Di sinilah tersimpan tenaga yang hebat seperti pemikiran dan tenaga emosi. Jika hati seseorang itu diisi dengan sifat mahmudah(baik) maka hebatlah seluruh anggota badannya dan akan melahirkan seseorang yang berakhlak mulia. Jika hati telah dikotori dengan sifat mazmumah(keji) maka rosaklah peribadi dan akhlak seseorang itu.

Hati adalah radar yang hebat untuk mengesan perbuatan manusia, sama ada mengesan perkara yang baik atau buruk. Apabila kita melakukan perbuatan yang berdosa, kita akan mudah untuk rasa berdebar-debar dan cemas. Seterusnya ia akan menyebabkan kita rasa gelisah dan tertekan.

Isyarat ini sebenarnya bertujuan untuk menyuruh supaya seseorang untuk kembali pada Allah. Apabila kita memohon keampunan dan bertaubat maka hati kita akan kembali tenang. Hati yang berpenyakit dari segi batin perlu dirawat seberapa segera kerana ianya bukan sahaja memberikan kemudaratan pada ketenteraman jiwa malah boleh menyebabkan penyakit pada anggota badan.

BAGAIMANA HATI MENDAPAT TENAGA DAN KEKUATAN?

Makanan hati adalah taqwa kepada Allah.Zikir, membaca Al-Quran, menuntut ilmu agama, memberi zakat, bersedekah dan berbaik sangka adalah makanan hati yang enak dan lazat. Jika hati tidak diberi makan, maka seseorang itu akan menghidap penyakit batin dan zahir.Dengan cara memberikan makanan pada hati,barulah seseorang berhak untuk memperolehi kebahagiaan.

Apakah cara untuk merawat hati yang berpenyakit dan menghidupkan hati yang mati?

Caranya ialah dengan bertaubat. Meminta keampunan, mengingati kematian dan sentiasa melakukan amal kebajikan.Ini akan memulihkan dan menghidupkan semula hati.

Hanya dengan mengingati Allah seperti dalam firman Allah;

'(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.' (Ar-Ra'd :28)

Apabila hati kita mendustakan ayat-ayat Allah maka termasuklah kita dalam kategori hati yang berpenyakit sepertimana firmanNya;

'Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.' (Al-Baqarah:10)

Oleh itu,apabila hati kita mengesan sesuatu yang tidak menyenangkan maka marilah kita segera kembali kepada Allah sebelum hati kita menjadi keras.Ingatlah pesananNya yang bermaksud:

'Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.'(Al-Hadid:16)

Wassalam..